Tidak Berguna Ibadahnya
Hampir-hampir tiada guna ibadah yang kita lakukan jika hati kita masih suka merendahkan makhluk Allah lainnya. Jangan pernah terperdaya oleh perasaan sendiri, sungguh kita tak tahu derajat kita sebenarnya di hadapan Allah. Tertipu secara materi, tak (begitu) sulit mengetahuinya. Namun, kalau tertipu dengan perasaan sendiri, sungguh tak mudah mengetahuinya. Inilah keadaan yang bisa menimpa banyak orang.
Seperti orang-orang yang merasa diri sudah banyak beramal, tetapi tidak menjaganya. Bersandarkan pada amal saja akan melahirkan kepuasan, kebanggaan, dan akhlak buruk kepada Allah Ta’ala. Orang yang melakukan amal ibadah tidak tahu apakah amalnya diterima atau tidak. Mereka tidak tahu betapa besar dosa dan maksiatnya, juga mereka tidak tahu apakah amalnya bernilai keikhlasan atau tidak.
Oleh karena itu, mereka dianjurkan untuk meminta rahmat Allah dan selalu mengucapkan istighfar karena Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Imam Ibnul Qayyim berkata,
“Puas dengan ketaatan yang telah dilakukan adalah di antara tanda kegelapan hati dan ketololan. Keraguan dan kekhawatiran dalam hati bahwa amalnya tidak diterima harus disertai dengan mengucapkan istighfar setelah melakukan ketaatan. Hal ini karena dirinya menyadari bahwa ia telah banyak melakukan dosa-dosa dan banyak meninggalkan perintah-Nya.”
Sudah siapkah kita melepas perasaan lebih tinggi dibanding orang lain hanya karena lebih banyak nikmat yang Allah titipkan pada diri kita?
Buruknya Sifat Merendahkan Orang Lain
Sahabat, tidak sedikit manusia yang memandang rendah orang lain hanya karena dianggap tidak sepadan dengan dirinya. Seseorang yang berilmu memandang rendah orang-orang yang bodoh. Mereka memamerkan kecerdasannya dengan berdebat kusir, padahal semestinya ia justru bersedih karena tugas mencerdaskan orang bodoh merupakan tanggung jawab dirinya.
Jika masih banyak orang bodoh, berarti ia belum berhasil menunaikan tugasnya. Orang yang memiliki fisik rupawan memandang rendah orang yang fisiknya banyak kekurangan. Padahal semestinya hatinya bersyukur dan bukan malah menjadi sombong. Orang yang memiliki harta banyak memandang rendah orang-orang yang tak berharta, padahal membantu orang-orang kekurangan harta merupakan kewajibannya.
Bukannya malah menghambur-hamburkan uang untuk sekadar memenuhi gaya hidupnya yang tinggi. Bahkan ada juga seorang muslim yang memandang rendah muslim lainnya. Sungguh aneh. Hanya karena penampilan mereka berbeda, mereka saling berseteru. Yang satu merasa lebih bertaqwa, yang satu merasa lebih moderen pemikirannya.
Sahabat, sesungguhnya memandang rendah orang lain adalah sifat orang yang sombong atau takabur. Orang beriman harusnya berlepas dari sifat buruk ini, karena Iblis yang mulanya beriman pada Allah pun menjadi terlaknat karena kecongkakannya memandang rendah makhluk Allah lainnya.
Rasulullah bersabda,
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi,”
“Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain,“
(HR. Muslim no. 91)
Sumber: Motivasi Hijrah Indonesia
0 Response to "Tidak Berguna Ibadahnya"
Post a Comment