Nafsu ingin “Dikenal”
Pengingat bagi diri sendiri, yang eksis di media sosial setiap hari, bahwasanya ada penyakit hati yang mengintai setiap saat, bahwasanya kita sangat-sangat ingin “dikenali” Merasa bangga dan berharap selalu dipuji-puji, dielu-elukan kemana pergi, inginkan semua manusia berseri-seri, saat dia menyapa dan menyambangi.
Ingin nampak, ingin muncul, ingin terkenal, inginkan pujian. Semua harus saya, yang bintang cuma saya, yang hebat hanya saya, sayalah pusat alam semesta. Khawatirkan hal ini, saat bicara kau bukan mengenalkan Allah tapi mengenalkan diri sendiri, saat berlisan kau bukan membuat manusia cinta Rasulullah, tapi cintai dirimu sendiri. Sebab bila manusia sudah gila perhatian, dia terus mencari itu, bahkan dengan cara-cara yang tidak etis.
Yang penting saya bisa dikenal
Saat itu, manusia lain jadi halangan baginya. Sesak dadanya saat ada yang lebih dikenali daripada dia, gerah dirinya saat ada yang lebih diperhatikan dibanding dirinya. Astaghfirullah...
Sepertinya, kita harus banyak berlatih meniadakan diri, agar kita leluasa mengenalkan Allah dan Rasulullah dalam dakwah-dakwah yang kita sampaikan pada orang lain. Bila nafsu ingin dikenal mampu dikekang, saat itulah tak ada masalah bilapun dirimu tak diketahui manusia, sebab bukan itu yang engkau harap.
Selalu muhasabah diri, agar niat baik tak terjangkit oleh penyakit hati, yang kapan saja bisa menjangkiti hati. Selalu ingat, Tak akan ada yang dibawa mati kecuali amal diri sendiri Masihkah menyombongkan diri? Masihkah bernafsu ingin dikenali?
Hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Bila air yang sedikit dapat menyelamatkanmu (dari rasa haus). Tak perlu meminta air lebih banyak yang barangkali bisa membuatmu tenggelam. Maka selalulah belajar cukup dengan apa yang kamu miliki.
Ketenaran Itu Ujian Berat
Wahai orang-orang yang tertipu. Ketahuilah bahwa ketenaran itu bukan nikmat, bukan pula rahmat, tapi ujian berat. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan kepada Abdul Wahhab Al Warraq rahimahumallah,
“(Wahai Abdul Wahab) sembunyikanlah namamu. Karena sungguh aku telah diuji berat dengan ketenaran”
(Siyar A’lamin Nubala, 11/226).
Betapa banyak orang karena ketenarannya, ia haus akan pujian manusia, sehingga semua amalnya demi manusia, jauh dari keikhlasan. Sia-sialah amalannya. Betapa banyak orang karena ketenarannya, ia merasa menjadi panutan, menjadi role-model, hingga lupa introspeksi diri dan lupa akan aib-aib diri.
Betapa banyak orang karena ketenarannya, ia merasa tidak merasa salah, senantiasa di atas kebenaran, dan mengajak orang-orang kepada dirinya. Betapa banyak orang karena ketenarannya, ia tidak mau dikoreksi dan enggan rujuk pada kebenaran.
Betapa banyak orang karena ketenarannya, membuat kesalahannya diikuti orang banyak, sehingga berlipat-lipat dosanya. Betapa banyak orang karena ketenarannya, ia sedikit-demi-sedikit menyimpang dari jalan yang lurus, dan terjerumus lubang kesesatan.
Bisyr bin Al Harits rahimahullah mengatakan,
“Yang aku ketahui dari orang yang suka untuk dikenal orang banyak, adalah ia akan luntur agamanya dan akan terungkap aib-aibnya”
(Hilyatul Auliya wa Thabaqatul Ashfiya’, 8/434).
Sumber: Motivasi Hijrah Indonesia
0 Response to "Nafsu ingin “Dikenal” "
Post a Comment