Antara Kebaikan kepada Sesama dan Ketaatan kepada Allah
Di era modern ini, banyak orang yang memiliki prinsip hidup seperti ini: "Yang penting gue gak nyakitin orang, biarin gue gak shalat atau puasa." Kalimat ini sering terdengar di berbagai kalangan, terutama dari mereka yang merasa cukup dengan hanya bersikap baik kepada sesama manusia tanpa memperhatikan kewajibannya kepada Allah.
Namun, benarkah sikap seperti ini sudah cukup? Apakah kebaikan terhadap sesama bisa menggantikan ketaatan kepada Allah?
Keseimbangan dalam Beribadah
Islam mengajarkan keseimbangan antara hubungan dengan Allah (habluminallah) dan hubungan dengan sesama manusia (habluminannas). Keduanya tidak bisa dipisahkan. Seorang Muslim yang ideal adalah mereka yang taat kepada Allah dalam menjalankan ibadah wajib seperti shalat dan puasa, sekaligus berbuat baik kepada orang lain.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan utama manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah. Mengabaikan ibadah wajib berarti mengabaikan tujuan utama penciptaan kita.
Kebaikan Tanpa Ketaatan, Apakah Cukup?
Tidak dapat disangkal bahwa berbuat baik kepada orang lain adalah hal yang sangat dianjurkan dalam Islam. Namun, Islam tidak hanya menilai seseorang dari interaksi sosialnya, tetapi juga dari kepatuhannya terhadap perintah Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalannya. Jika shalatnya rusak, maka rusak pula seluruh amalannya."
(HR. Tirmidzi)
Hadis ini menunjukkan bahwa shalat adalah tolok ukur utama dalam menilai amal seseorang. Seberapa pun baiknya seseorang kepada sesama, jika ia meninggalkan kewajiban shalat dan ibadah lainnya, maka amalannya menjadi tidak sempurna.
Allah Lebih Berhak Mendapatkan Ketaatan
Sering kali, seseorang merasa cukup dengan hanya berbuat baik kepada manusia, namun melupakan hak Allah. Padahal, Allah adalah Dzat yang menciptakan, memberi rezeki, dan memberikan kehidupan kepada kita. Jika kita bisa menghormati manusia dan berbuat baik kepada mereka, maka Allah lebih berhak untuk kita taati.
Sebagaimana disebutkan dalam gambar yang Anda berikan:
"Lucunya orang-orang ini, kepada sesama makhluk dia baik, tapi kepada Allah penciptanya sendiri, mereka malah durhaka."
Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk meninggalkan shalat atau puasa hanya karena merasa sudah cukup dengan kebaikan sosial.
Kesimpulan
Menjalin hubungan baik dengan sesama manusia memang penting, tetapi itu tidak cukup untuk menggantikan kewajiban kita kepada Allah. Seorang Muslim harus menjaga keseimbangan antara ibadah dan akhlak. Jangan sampai kita berbuat baik kepada manusia tetapi mengabaikan perintah Allah yang telah menciptakan kita.
Jadi, mari kita perbaiki diri, bukan hanya dengan tidak menyakiti orang lain, tetapi juga dengan menaati Allah dalam menjalankan perintah-Nya. Karena pada akhirnya, yang akan menyelamatkan kita di akhirat bukan hanya kebaikan sosial, tetapi juga ketakwaan dan ketaatan kepada-Nya.
0 Response to "Antara Kebaikan kepada Sesama dan Ketaatan kepada Allah"
Post a Comment